Pujian FISIK pada Anak merusak mental?


Memuji fisik pada anak (Anak sendiri atau anak orang lain) dibawah 7 tahun sebaiknya dihindari atau dikurangi agar anak tidak mengalami TRAUMA di masa depan. Lho kok bisa?, pujian fisik yang seperti apa?

Pujian fisik itu seperti: "guantengnya anakku", "anakmu cantik banget ya, iih gemes aku", "anakmu ini mirip siapa sih, kok cantik skali", "adek kok ganteng banget sih, kyaknya klau besar jadi artis nih" dan masih banyak pujian fisik lainnya.

Sayapun awalnya tidak menyangka klau pujian semacam itu dapat membuat anak trauma di kemudian hari.

Susi adalah siswa kelas 2 smp di kota malang, dia dikenal pendiam dan suka menyendiri di kelas. Saat tugas kelompok jarang mau ikut, akibatnya dia otomatis dijauhi oleh teman2nya yg lain. Teman2nya menilai susi anak yang sombong, tapi guru dan ortunya menilai susi anak yang minder. Ortunya mengakui klau susi waktu kecil termasuk anak yg aktif dan periang, setiap ketemu orang yg datang ke rumahnya pasti dia sapa dan ajak bicara, mayoritas dari mereka selalu memuji fisik susi.."susi kulitnya putih, hidungnya mancung,dll"

Pertanyaan penting yg harus sy tanyakan dgn hati2 pada ortunya adalah "kapan persisnya pertama kali, susi berubah menjadi pendiam?", dan dgn raut  wajah sedih sang ibu menjawab "saat kelas 5 SD", "apa yang dia alami waktu itu?"."saya kurang tahu pak, yang saya tahu dia berubah waktu usia tersebut"

Singkat cerita saya bertemu susi, ternyata memang anaknya pendiam, ditanya selalu nunduk dan hnya geleng2 kepala, dan susi memiliki wajah yang biasa saja, kulit coklat, tubuhnya gemuk dan agak tinggi dari teman sebayanya (mungkin pujian cantik sejak kecil krna basa-basi biasa). saya melakukan pacing and  leading, serta maching and mirroring untuk mndapatkan perhatiannya. Saat dia bersedia untuk berubah mnjadi anak yang percaya diri, baru sy mulai melakukan treatmen.

Melalui teknik regresi akhirnya saya tahu, klau susi mengalami trauma sejak kelas 5 SD. Susi pernah bertengkar dengan temannya saat jam istirahat, awalnya hnya adu mulut biasa, hingga berujung pada penghinaan fisik, di depan teman-temannya susi dihina oleh temannya itu kalau susi wajahnya juelek, sok cantik padahal jelek, dll". Susi menangis di hadapan teman2nya, dia merasa hnya sendiri disitu, dia terpojokkan, dia tdk terima dihina fisik seperti itu, apalagi di muka umum, dan dari situlah awal mulanya rasa minder itu muncul.

Beda cerita jika ortu atau orang-orang di sekitar susi memuji susi dgn "cerdas", misalnya: "susi anaknya baik ya, mau ngajak ngobrol om, om doakan kelak jadi anak yg sukses ya". Atau ibu susi meluangkan waktu membaca hadits rosululloh yang berbunyi "Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula melihat rupamu tetapi Allah melihat hatimu." (HR. Muslim)

Singkat cerita lagi hehehe, pasca terapi Emotional Quation susi skrang menjadi anak yg periang lagi, dan temen-temennya (setelah dijelasin oleh wali kelas) mau membuka hati lagi untuk menerima susi. Alhamdulillah..

Dari kejadian ini saya mendapatkan plajaran, bahwa pujian yang salah bisa merusak mental anak. Untuk itu "pujilah anak anda dengan Cerdas"  :-D


Posted via Blogaway

Komentar

  1. alhamdulillah.. artikel bagus spy tidak berlebihan memuji fisik seorang anak2.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengatasi Phobia pada Anak (Takut petir)